resnanadia

Waktunya makannnn! NOMNOMNOM.
Khusus untuk para  pecinta ramen, mie, atau masakan Jepang.
Kalau buat orang Bandung dan suka ke CiWalk udah pasti tau sama tempat makan ini.
D A I J I R A M E N.

Pernah coba?

Bagi yang pernah coba, gimana rasanya?
Bagi yang belum. Wajib coba.
Di kedai ramen ini terdapat beberapa jenis ramen, mulai dari Shoyu Ramen, Daiji Ramen, Miso Ramen, sampai Curry Ramen.
"Jangan lupa oleh-oleh, ya!" 

Kata-kata yang pasti terucap dari semua orang dekat ketika kita akan berlibur atau pergi ke suatu tempat. Memang, tidak lengkap ya rasanya jika berlibur tidak membeli oleh-oleh, baik untuk dipakai sendiri ataupun untuk kerabat. Kita harus bisa memilih tempat yang tepat, berkualitas bagus, harga murah, sehingga kita bisa membeli buah tangan cukup banyak. Namun, menemukan tempat yang seperti itu memang sedikit susah apalagi di daerah pariwisata, terkadang beberapa orang tidak mau ribet dan tidak mau menawar. 

Beberapa waktu yang lalu saya sempat mengunjungi Bali. Sebelum berangkat sudah terpikir apa oleh-oleh yang akan saya bawa, di mana tempat yang murah. Baju Barong dan Joger yang ada di pikiran saya. Saya dapat satu rekomendasi dari ibu saya tempat berbelaja oleh-oleh yang murah dan di jadwal tour diselipkan untuk mengunjungi tempat berbelanja oleh-oleh yang murah. Berikut daftarnya, di tempat yang saya sebutkan ini kalian tidak perlu menawar, sudah murah. Semoga bermanfaat dan menjadi referensi untuk membeli oleh-oleh bagus dan murah dari Bali :)

1. KRISNA Oleh-Oleh Bali (http://krisnabali.co.id)



Krisna mempunyai 4 outlet di lokasi yang berbeda di Bali. Kemarin saya berbelanja di Krisna yang berada di Jalan Sunset Road. Saya menginap di kawasan Legian, untuk mencapai Krisna saya menggunakan taksi, seingat saya paling hanya 5-10 menit untuk sampai di Krisna, di argo sekitar 15 ribu rupiah, tetapi kita harus membayar minimum payment, tidak masalah. Di ini tempatnya sangat luas, terdapat beberapa kasir sehingga tidak perlu mengantri panjang dan berbagai macam oleh-oleh bali hampir semua tersedia di sini. Soal harga, di sini sangat murah dan kita tidak perlu menawar.

Gelang dimulai dari harga Rp. 1500,- ke atas,
Kalung dimulai dari harga sekitar 7 ribu atau 10 ribu saya lupa :D,
Baju dimulai dari harga sekitar 14 ribu ke atas,
Udeng 12 ribu,
Makanan, saya ga liat harganya :p

Gimana? Murah kan? Saya kalap berbelanja di sini dan kita tidak perlu menawar.

Alamat:
Krisna Nusa Indah Jl. Nusa Indah No. 77 Denpasar Bali
Krisna Nusa KambanganJl. Nusa Kambangan 160 A Denpasar Bali
Krisna Sunset Road Jl. Sunset Road No. 88 Abian Base Kuta Bali
Rama Krisna Jl. Raya Tuban no 2x

2. CENING BAGUS

Terletak di Jalan Batu Bulan Sukawati, Gianyar, Bali. Tempatnya luas juga, mirip seperti Krisna, namun di sini lebih banyak untuk oleh-oleh berjenis makanan, seperti kacang dan coklat, tetapi baju, sandal, dan aksesoris juga ada ko, jangan khawatir. Saya membeli beberapa oleh-oleh di sini.

Daster 28 ribu
Sandal anak kecil 12 ribu
Gelang-gelang kecil 5 ribu (3pcs)
Udeng (6ribu)

Gimana? Murah juga kan? Jika dibandingkan dengan Krisna, hampir sama, tidak terlalu jauh.

3. JOGER (http://www.jogerjelek.com)

"Kalau Bisa, Jangan Terlalu Rajin Belajar"

Di atas adalah salah satu kata-kata favorit saya dari Joger. Rasa-rasanya ini oleh-oleh yang paling khas dari Bali selain baju barong, ya, hehe. Joger terkenal dengan kata-katanya yang unik. Joger terletak di dua tempat berbeda di Bali, yang satu terletak di Kuta dan satu lagi di Luwus. Selain Krisna dan Cening Bagus, Joger juga bisa menjadi pilihan untuk berbelanja oleh-oleh, selain terkenal dengan kaosnya, Joger juga menyediakan pernak-pernik khas Bali. Soal harga, menurut saya sih standar, dengan kaos yang berkualitas bagus dan kata-kata yang unik, harga yang ditawarkan sangat terjangkau.

Baju anak kecil dimulai dari 45 ribu ke atas,
Baju dewasa dimulai dai 50 ribu ke atas
Tas 60 ribu ke atas
Sandal 30 ribu ke atas

Alamat:
Jalan Mekarsari - Luwus KM 37.5 (Jalan Raya Baturiti, Bedugul)
Jl. Raya Kuta (tanpa nomer), Denpasar - Bali.



Bali. Terima kasih untuk empat hari yang menyenangkan.
Bali sore hari, perjalanan dilanjutkan menuju Gilimanuk untuk menyebrang ke Pulau Jawa. Perjalanan dimulai dengan menyusuri jalan yang disebelah kirinya berhadapan langsung dengan pantai dan laut, entah apa namanya. Lalu dilanjutkan melewati seperti hutan, entah ini hutan atau apa yang jelas jalannya kecil, gelap dan di kanan kiri hanya pohon. Lalu saya tidak ingat seperti apalagi jalannya yang saya tahu sekitar pukul sepuluh atau setengah sebelas malam saya sudah sampai di Gilimanuk.

Di Gilimanuk harus menunggu dulu untuk masuk ke dalam kapal. Tidak terlalu lama kami semua turun dari bis, menyebrang melalui dermaga lalu masuk kapal. Walaupun sudah malam masih saja ada beberapa anak kecil yang meminta dilemparkan uang dan wajah mereka seram-seram, tidak diberi mereka mengumpat. Sungguh saya tidak pernah suka naik kapal, entah itu kapal nelayan, kapal kecil, atau kapal feri sekalipun. Mual. Sekitar 45 menit kami sampai di Pelabuhan Banyuwangi.

Menyebrangi dermaga lalu masuk bis lagi dan perjalanan dilanjutkan menujuuuuuuuuuuuuu...menuju kemanaaaaaaaaaa? BROMOOOOOOOOOOOOO! Wooo, i'm just too excited.
Pukul tiga subuh sudah sampai di RM Bromo Asri (terletak di Jalan Raya Probilinggo) setelah menempuh perjalanan sekitar dua jam setengah m untuk berganti kendaraan menggunakan mini bus lalu jeep karena bis hanya bisa mengantar sampai di sini. Untuk menuju puncak Bromo, kami diwajibkan dalam keadaan sehat lalu memakai pakaian dan perlengkapan yang menghangatkan badan karena menurut kabar udara di Bromo mencapai 12derajat celsius. Setelah berganti ke mini bus kami menuju pemberhentian selanjutnya yaitu sebuah mesjid yang terletak di pemukiman Suku Tengger. Sudah tidur dan terbangun lagi masih belum sampai juga, udara sudah terasa dingin, dan jalan menanjak tajam berkelok. Ternyata perjalanan menuju puncak itu sekitar 43km. Saya pikir dekat. Sampai di masjid, senangnya menemukan masjid walaupun kecil, mendengar Adzan yang tidak saya temukan di Bali. Shalat subuh berjamaah lalu menuju pemberhentian selanjutnya untuk berganti kendaraan, menaiki jeep dan mendapatkan snack.

Perjalanan yang sebenarnya baru dimulai. Bromo Jeep Club. Sekitar 150 jeep mengantar kami menuju lautan pasir Bromo. Saya sengaja duduk di depan di samping sopir. Sambil menikmati snack yang masih hangat sambil menikmati jalan yang menanjak dan berkelok tajam. Bapak sopir tentu saja sudah ahli, medan yang sulit tidak terlalu berarti baginya. Menyenangkan. Tidak begitu lama akhirnya kami sampai di lautan pasir Bromo. Ini kali pertama saya mengunjungi Bromo. Subhanallah...

Jeep hanya mengantarkan kami sampai lautan pasir. Benar saja begitu turun dari jeep, dinginnnn, Kami harus berjalan menuju pura, lalu jalan lagi ke atas menuju puncak Bromo untuk melihat matahari terbit. Bismillah. 
Saya berjalan bersama Ayah saya, Pak Aryo, dan Pak Teguh. Sambil berjalan saya sibuk dengan kamera, foto sana sini. Baru di tengah jalan sudah ngos-ngosan tapi harus semangat menuju puncak! Masih harus menaiki tangga yang banyak untuk menuju puncak, semangat lagi! Rasanya napas ini sudah habis dan akhirnya sampai juga di puncak Bromo. SUBHANALLAH!!! Tidak berhenti bertasbih melihat keindahan dunia yang diciptakan-Nya. Indah sekali ya Allah.

Saya tidak terlalu lama berada di puncak karena cukup seram, terpeleset sedikit saja sudah langsung nyemplung ke kawahnya. Perjalanan menuju ke bawah tidak kalah sulitnya ketika meuju puncak tadi. Tangga untuk turun dipenuhi oleh pasir sehingga ketika menginjaknya harus berhati-hati agar tidak terpeleset. Saya foto-foto di bawah saja sampai bosan. Indah. Tidak ingin pulang rasanya. Udara sudah tidak terlalu dingin saya memutuskan untuk turun dan pulang.

"Teh, apa pelajaran yang kamu ambil dari Bromo?" tanya Ayah saya ketika jalan turun.

"Hmmmm."

"Keindahan ciptaan-Nya, kebesaran-Nya, Teh. Harus sadar bahwa kita itu kecil."

Subhanallah. Subhanallah. Subhanallah.
Sungguh rasanya tidak ingin pulang. Ketika saya turun masih saja ada yang baru akan naik. Rugi! Kalau mau mengunjungi Bromo harus sempat sekalian melihat matahari terbit. Kembali naik jeep, pindah ke mini bus, menikmati pemadangan perkebunan, tidur, lalu sampai di Bromo Asri, mandi, makan, ngecas, saatnya pulang! Oh ya, Suramadu dulu...


 Sunset



 






kepeleset = nyemplung!

Sunshine

Lautan Pasir Bromo



menyempatkan Shalat Duha





Oke, cerita Bali dilanjut di hari ke empat.

Hari ini hari Jum'at. Jadwal hari ini setengahnya belanja.
Hari ini sih tepat waktu. Alhamdulillah. Tujuan pertama adalah Cening Bagus, pusat oleh-oleh yang terletak di daerah Gianyar. Di Cening Bagus lebih didominasi oleh-oleh makanan tapi tenang, baju dan aksesoris khas bali pun tersedia walaupun tidak selengkap di Krisna. Di sini saya membeli daster untuk ibu, beberapa gelang, sandal, dan udeng khas bali untuk sepupu saya. Entah kenapa saya dan ayah tidak terlalu tertarik dengan makanan, terutama kacang. Seperti kata Pak Aryo yang mengatakan bahwa kacang dimana-mana rasanya sama ya seperti itu saja, seperti kacang. RT Pak Aryo!

Setelah Cening Bagus kami menuju Joger Luwus yang berada di daerah Tabanan, Bali. Oh ya, di perjalanan kami sempat ditunjukan pohon kelapa bercabang empat. Tidak lengkap ya rasanya kalau ke Bali tidak membeli oleh-oleh di pabrik kata-kata Joger. Joger hanya ada di Bali, terdapat di dua tempat yaitu Kuta dan Luwus. Luwus itu daerahnya seperti sedikit desa, tidak terlalu ramai. Walaupun begitu, sesampainya saya di Joger, sudah banyak bis yang parkir. Memang Joger selalu ramai. 

Begitu mau masuk, setiap pengunjung diberi stiker yang bertuliskan VIP "Very Iseng Person." Di bagian depan terdapat pernak-pernik Bali. Baju berada di bagian belakang, sendal dan tas berada di lantai dua. Di sini terdapat berbagai tulisan, saya tidak begitu ingat dengan semua tulisannya karena ada tulisan "dilarang mengambil foto" sehingga saya tidak ingat hehehe. Yang saya ingat tulisan yang mengingatkan "awas copet." Di sini saya  membeli kaos untuk adik-adik dan om, tas untuk mamah, dan sendal untuk Resha, tidak lupa kaos untuk saya sendiri. Bingung juga memilih baju yang kata-latanya unik, karena semuanya memang unik. Nanti tulisan-tulisan unik di bajunya saya post khusus, ya. Waaaaaa, di sini paling kalap belanja. Rasanya semua ingin saya masukan ke kantung belanjaan. Soal harga? Menurut saya harga di sini tidak terlalu mahal, ini daftarnya.

kaos anak kecil berkisar Rp. 45.000,- sampai Rp. 50.000,-
kaos dewasa berkisar Rp. 50.000,- ke atas
sandal Rp. 30.000,- ke atas
tas Rp. 60.000,- ke atas.

Termasuk murah, kan? Ketika masih sibuk di kasir, tour guide mengingatkan sudah masuk waktu Shalat Jum'at. Berhubung masih di Bali dan susah menemukan masjid, tempat makan di sebelah Joger disulap menjadi tempat shalat, tidak masalah. Sambil menunggu yang shalat saya sih jajan, ga boleh lupa sama jajan. Setelah beres shalat jumat saya pun shalat lalu dilanjutkan makan siang bersama.

Setelah beres shalat dan makan perjalanan dilanjutkan menuju tujuan terakhir di Bali. Tanah Lot. Saya lupa berapa lama perjalanannya, yang jelas kalau tidak salah sampai di Tanah Lot itu setengah empat sore. Di sini terdapat dua pura yang satu terletak di atas tebing dan terletak di atas bongkahan batu. Untung saja air laut sedang surut sehingga bisa menyebrang ke Pura walaupun tidak bisa masuk. Di sini juga terdapat ular suci yang dipercaya sebagai ular penjaga pura. (Info dari tour guide ketika menuju Tanah Lot kurang saya dengarkan karena capek dan ingin tidur, maaf kalau infonya kurang hehe). Saya sibuk foto-foto, mumpung ada yang fotoin. Jam 5 kami menuju Gilimanuk. Sebelumnya foto-foto bersama tour guide karena meraka tidak akan ikut ke Pulau Jawa, walaupun mereka kadang sering tidak kami dengarkan ketika menerangkan, tapi sedih juga, apalagi pisah sama Nikadek dan Bli Made. BLI, MBO, Sampai jumpa lagi, ya :)


menuju Tanah lot dan pohon kelapa bercabang empat

w/ Teh Merlin dan Bu Maya

AYAH JUARA SATU!






Ken-ken kabareeeee? SUSU!


ini nih Mbo Nikadek a.k.a Agnes


Team Travel :)

BLI MADE ARMENA ARWENA AWRNEWA (entahlah, Bli, lupa)

Hari terakhir di Bali. Bali is a wonderful, amazing, remarkable island. Saya suka Bali, sangat suka dengan segala isinya, terutama pantainya dan budayanya. Hanya satu yang tidak saya suka dari Bali, kehidupan malam di Legian. Sampai jumpa lagi BALI!!!

Menuju Gilimanuk dan masih mau berkunjung di Pulau Jawa, kemana? Tebak!



Melanjutkan tulisan saya tentang tour de bali, bro! :D

Hari ketiga.

"Pa, di mana?"
"Di rumah sakit."
"Lah? Ko?"
"Iyalah kasian ini anak yang sakit"
"Ih, terus teteh sendiri?"
"Yauda pokonya ikutin aja jadwal hari ini, nikmatin..........."

Ternyata hari ini ayah saya berada di rumah sakit karena tadi malam ada murid yang sakit dan saya baru tahu pagi-pagi kalau ayah saya juga ikut ke rumah sakit. Itu artinya...jadi anak ilang lagi! PUNDUNG.

Hari ini mengunjungi Bali Utara. Perjanjian di jadwal jam setangah delapan pagi waktu Bali sudah berada di Central Park, nyatanya? Jam setengah sepuluh. HFFF. Sebelum menuju Desa Budaya Penglipuran, mampir dulu di Dewata, tempat oleh-oleh yang berisi baju dan pernak-pernik khas Bali, tempatnya kecil dan tingkat tiga, menurut saya sih lebih nyaman di Krisna. Tapi di sini juga murah-murah ko. Tidak ada salahnya membeli oleh-oleh di sini.

Naik bis lagi dan menuju Desa Budaya Penglipuran, kalau kata Agnes ini desa yang sering ada di FTV, sedikit terbayang. Perjalanan cukup jauh, sekitar satu setengah sampai dua jam. Nikadek bercerita tentang Leak, insyaAllah nanti akan saya ceritakan lagi, jika masih ingat dan catatannya masih ada, hehe.

Sepanjang perjalanan di kanan dan kiri dihiasi rumah-rumah khas Bali, tidak seperti di daerah kota yang rumahnya sudah modern, di setiap rumah pasti ada sebuah pura kecil atau mungkin tempat untuk berdoa.   Setelah sempat tidur juga, akhirnya sampai di Desa Budaya Penglipuran yang terletak di daerah Kabupaten Bangli, 45km dari Denpasar. Begitu turun dari bis, suasananya sejuk. Dua-duanya teman saya (bukan satu-satunya kerana ada dua orang, hehe) meninggalkan saya entah kemana karena saya kebelet pipis. Ngikutin ibu-ibu, fotoin ibu-ibu dan keadaan sekitar, mau foto ga ada yang fotoin, minta fotoin ibu-ibu hasilnya ga ada yang jadi -______-. Akhirnya saya kabur mencari Teh Merlin dan Rian. Ketemu juga dan langsung foto-foto. 

Setelah Desa Penglipuran, selanjutnya menuju Kintamani! Yang langsung terbayang di otak saya adalah anjing Kintamani dan lagu dari Shaggy Dog.

"...anjing anjing anjing kintamani, beli dari pulau bali.."

Di daerah Kintamani ini terdapat Gunung Batur sebagai salah satu gunung berapi yang masih aktif dan Danau Batur yang merupakan danau terbesar di Bali. Gunung Batur pertama kali meletus tahun 1804 dan yang terakhir tahun 2005, selama rentang waktu tersebut sudah terjadi 26 kali letusan (info ini dari Nikadek a.k.a Agnes, jika sedikit salah mohon dimaafkan mungkin akibat saya tidak mendengarkan tour guide :D). Perpaduan indah antara Gunung Batur, hamparan bebatuan hitam, dan Danau Batur yang biru membuat daerah ini menjadi salah satu tujuan favorit wisatawan di Bali. Di tepi Danau Batur terdapat Desa Adat Trunyan. Konon penduduk Trunyan adalah pemeluk agama hindu asli warisan Majapahit. Keunikan di desa ini adalah cara pemakaman jenazah. Seperti yang kita ketahui, secara umum umat hindu di Bali melakukan ngaben yaitu upacara pembakaran jenazah. Bila ada warga Trunyan yang meninggal, jenazahnya tidak dibakar melainkan hanya diletakkan di sekitar tanah pekuburan. Uniknya, meskipun jenazah hanya diletakkan begitu saja, jenazah-jenazah tersebut tidak mengeluarkan bau busuk. Rahasianya yaitu karena terdapat pohon Taru Menyan yang dibiarkan tumbuh asri dan bau pohon tersebut mampu menetralisir bau busuk dari jenazah-jenazah tersebut. Menurut Nikadek jika ingin ke sana memerlukan waktu satu hari karena perjalanan cukup sulit, baiklah, lain kali akan menyempatkan untuk berkunjung.

Di sini kami makan di salah satu restoran yang entah apa namanya, view-nya Gunung dan Danau Batur, indah. Kebetulan makan kali ini banyak sekali jenisnya, puas, mengobati rasa kesal juga. Akhirnya di sini foto-foto sama Teh Merlin dan Rian, dan juga seperti biasa fotoin Ka Uta yang ga ada motoin, hehe.

Pulang dari Kintamani sekitar setengah 4 dan masih dua jam menuju tujuan terkahir hari ini Garuda Wisnu Kencana. Hmmm, kayanya ga akan sempet, belum lagi kalau macet, dannnnnn......benar saja! sampai di GWK sudah malam entah jam berapa mungkin sekitar jam tujuh malam. Ayah saya sudah menunggu di sana dan sempat melihat pertunjukan Kecak Kontemporer. Sampai di sana sepertinya bukan saya saja yang cemberut, bertemu ayah saya pun tidak ingin bertanya atau menjawab pertanyaannya, hanya menyerahkan kamera dan jalan ke atas menuju patung Wisnu. Yang terlihat hanya patung Wisnu karena Garuda dibelakang gelap, dan jika kalian bertanya kepada saya, "Bagaimana keadaan di Garuda Wisnu Kencana?" "GELAP!"

Garuda Wisnu Kencana terletak di daerah Unggasan. Patung-patung ini merupakan karya dari pematung Bali yang terkenal yaitu I Nyoman Nuarta. Nikadek sempat bertanya di mana patung ini dibuat dan kami semua menjawab di Bali, tapi ternyata tidak. Patung-patung ini dikerjakan di sebuah studio yang berada Setra Duta, Bandung. Dibuat dari campuran tembaga, dibuat menjadi beberapa lempengan-lempengan lalu dikirim ke Bali dan disambung menjadi patung. Garuda Wisnu Kencana merupakan mega proyek terbesar di Bali yang akan dikembangkan menjadi ikon/landmark bagi pariwisata Bali dan Indonesia. Pembangunan GWK sampai saat ini belum selesai seluruhnya dan jika pembangunan sudah selesai patung ini akan menjadi patung terbesar di dunia mengalahkan Patung Liberty. 

Di GWK saya hanya berfoto di depan Patung Dewa Wisnu. Dan hari ini ditutup dengan makan di Jimbaran. Hari ini, gado-gado.



Desa Budaya Penglipuran




Gunung dan Danau Batur


GWK

Jimabaran





Selama di Bali kemarin di bis saya dipandu oleh seorang tour guide yang bernama Nikadek Sutari (ini kalau saya tidak salah namanya), tapi dia mengaku sebagai Agnes Monica. Seorang tour guide yang berwawasan luas, lulusan dari Universitas Hindu Indonesia jurusan Ilmu Agama Hindu, kalau saya tidak salah dengar. hahaha. Maaf ya mba agnes kalau salah.

Singkat cerita di hari ketiga setelah kami naik bis menuju pulang dari Gunung Batur, ketika bis baru berjalan sekitar 5menit dan dia yang sedang berbicara tiba-tiba berkata,

"Baik sebentar lagi kita akan melewati rumah Krisdayanti," semua peserta di bisa langsung tampak bersemangat dan beberapa di antaranya langsung berkomentar.

"Rumah Sheila Marcia di ........(lupa namanya :D), rumah Dewa Budjana di Klungkung, dan di sini lah rumah Krisdayanti," sambungnya.

"Mana, Mba, Mana?" tanya beberapa peserta.

Entah mengapa kami semua di dalam bis begitu tertarik ingin mengetahui rumah Krisdayanti tersebut (tidak penting, memang, hahaha).

"Siap-siap lihat ke sebelah kiri, nanti saya tunjukkan, pelan-pelan, Pak Supir."

Beberapa peserta sudah tidak sabar sampai akhirnya dia menunjukan sebuah rumah yang tidak terlalu besar di seblah kiri kami dan berkata,

"Ya, inilah rumah KRISDYANTI JURAGAN JERUK di daerah Kintamani, beberapa hari kemarin saya membeli jeruk di dia."

"WOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOO," kami serempak berteriak dan langsung tertawa.

Hahahaha, lagi-lagi tertipu oleh manusia ini. Garing dan menyebalkan, tapi entah kami semua ingin tertawa. Kami sudah menganggap serius karena dia menyebutkan beberapa rumah artis yang terletak di Bali. Tapi ternyata itu hanyalah Krisdayanti sang juragan jeruk dari Kintamani.

Nikadek. Kali ini kau lucu.
"Anak saya mana, Bu? Liat dulu ah, kasian," kira-kira begitu perkataan Ayah saya ketika sampai dan saya sedang tidur. Udah ga mau bangun, ngantuk. Ayah saya datang jam 1 tengah malam waktu Bali, astaga.
 Bertemu saat sarapan dan akhirnya setelah jadi anak ilang dan ga punya baju sekarang sudah ada ayah saya dan baju yang dibawanya. Jadwal hari ini ditukar guling dengan jadwal di hari ketiga, karena tujuan awal ke Kintamani, dan itu jauh dan rombongan besar baru datang tadi malam, akhirnya di hari kedua jadwalnya menjadi  full day Tanjung Benoa - Pulau Penyu - Tanjung Benoa. Baiklah.

Hari ini mulai menggunakan Komotra dari hotel ke central park dan sebaliknya. Komotra adalah angkutan umum yang berfungsi sebagai shuttle bus atau bis pengantar dari hotel ke central park dan sebaliknya, karena bis pariwisata tidak mungkin masuk ke hotel-hotel di sekitar Kuta atau Legian. Mobilnya itu L300, didesain tanpa kaca, bergambar, berwarna-warni, bisa memuat maksimum 20 orang. Jika menaiki mobil ini kita bisa dengan leluasa melihat ke kanan ke kiri melihat apa saja yang ada di sekitar jalan yang kita lewati. Saya lupa memfotonya, nanti saya ambil fotonya dari google. :)

http://aisyahmutiadawis.files.wordpress.com/2011/11/komotra_kuta.jpg

Dari Central Park ke Tanjung Benoa tidak memakan waktu begitu lama, sekitar 45menit. Tanjung Benoa berada di ujung tenggara Pulau Bali, kalau kata pemandu wisata saya hari ini, Nikadek, Pulau Bali itu terlihat seperti ayam, nah, Tanjung Benoa itu berada di kaki ayam tersebut. Di Sini merupakan areal water sport lengkap di daerah Bali, mulai dari Banana Boat, Flying Fish, Parasailing, Snorkeling, sampai Diving. Soal harga? Nanti ya saya beri tahu. :D

Begitu sampai di sana, sebagian rombongan sedang mendengarkan mengenai wahana water sport. Saya sih ngintil ayah saya aja. hehe. Akhirnya diputuskan untuk terlebih dahulu mengunjungi Pulau Penyu terlebih dahulu, naik perahu, this is what I hate, harus naik perahu! Sudah beberapa kali sih naik perahu, tapi entah kenapa saya kurang suka berada di tengah laut menaiki perahu. Naik perahu harganya saya lupa, sekitar 150ribu per perahu atau berapa saya takut salah, maksimal 11 orang. Dari Tanjung Benoa ke Pulau Penyu sih sebentar. Di Pulau Penyunya pun sebentar, saya cuma masuk ke kolam penyu raksasa, ngangkat penyunya, foto, ketemu elang, pegang ular, masuk lagi ke kolam penyu. Sudah, balik lagi.


Heup! GA KUATTTT.

Ratu Ular

Dari pertama saya sudah bilang, ga akan naik apa-apa kecuali parasailing, karena wahana lain sudah pernah mencoba. Di jalan pulang dari Pulau Penyu menuju Tanjung Benoa sudah tidak ada yang bermain parasailing, katanya kalau parasailing harus tergantung angin dan air laut. OMAGA!

Setelah sampai, Bli Made mengatakan kalau parasailing harus menunggu air laut naik. Katanya tunggu sampai jam dua dan akhirnya saya memutuskan untuk naik flying fish, daripada nanti malah tidak sama sekali. Rasanya, ya pengen coba lagi sih. hehe :D. Ayah saya cuma nunggu, ngeliatin muridnya, motoin saya, awalnya sih katanya ga mau naik apa-apa, akhirnya kegoda juga naik flying fish berdua sama Ka Uta. Udah ganti celana pendek, ngantri, akhirnya pada ga jadi karna ngantri, hahahaha. Kesian. Setelah jam dua, akhirnya parasailing dimulai lagi, karena katanya air lautnya sudah naik lagi, sudah banyak saja yang mendaftar dan saya kebagian yang terakhir bersama Teh Merlin, dan Rian. Ketika naik parasailing dan mau turun kita harus mendengarkan aba-aba dari orang yang berada di bawah. Kita memakai sarung tangan, biru di kanan, merah di kiri, dan memegang dua tali yang sesuai dengan warna yang telah kita pakai di tangan, orang yang berada di bawah akan menginstruksikan  kepada kita harus tali mana yang kita tarik ketika akan turun, agar pendaratan sempurna (hmmm, udah kaya landing pesawat aja sih, res :D). Ada salah seorang murid perempuan yang tidak mengikuti instruksi dengan baik sehingga dia mendarat di atas kapal, kami yang menonton tertawa melihatnya, padahal itu sangatlah berbahaya. Naik parasailing, rasanya? Ngalenyap, di atas pemandangannya indah, dan aaaaaaaaaaaa, mau lagi!!!



Entah bagaimana, seharian di pantai, kena angin laut, rambut saya hari itu sudah mirip ijug (tau ijug ga? hhe). Rasanya tidak ingin pulang, masih ingin bermain. Tapi waktunya pulang dan acara hari itu dilanjutkan dengan pulang ke hotel, lalu free program, tujuan selanjutnya, KUTA!!! Dan malamnya belanja. :D


Ini dia Ayah saya :)




Teman-teman Baru, yang tengah itu sama Ka Uta, dan yang lainnya sama Teh Merlin dan Rian.

Oh ya, soal harga. Karena saya ga ngedengerin waktu pas pengumuman, ini cuma kata orang-orang loh ya.
Banana Boat 150k
Parasailing 150k
Flying Fish 300k

Tapi karena kemarin rombongan katanya paket 3 permainan itu 300k. Alhamdulillah saya mah ga tau bayar-bayaran. hehe :D

WHAT A GREAT DAY!


Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

TWIDER!

Tweets by @resna

Blog Archive

  • ►  2019 (5)
    • ►  Maret (3)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (6)
    • ►  Maret (4)
    • ►  Februari (2)
  • ►  2017 (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2016 (4)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Maret (2)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2015 (3)
    • ►  Maret (3)
  • ►  2014 (20)
    • ►  Oktober (2)
    • ►  Juni (5)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (5)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (4)
  • ►  2013 (22)
    • ►  Desember (1)
    • ►  November (5)
    • ►  Juli (3)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (4)
  • ▼  2012 (12)
    • ▼  Juli (1)
      • RE(S)KOMEN: Daiji Ramen
    • ►  Juni (3)
      • RE(S)KOMEN: Belanja Murah Oleh-Oleh Bali
      • Matahari Terbit, BROMO :)
      • Bali Day 04: Joger & Tanah Lot. Goodbye!
    • ►  Mei (4)
      • Bali day 03: KINTAMANI, GWK
      • Krisdayanti Juragan Jeruk
      • Bali Day 02: TANJUNG BENOA :)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2011 (10)
    • ►  Desember (3)
    • ►  September (2)
    • ►  Agustus (3)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Maret (1)
Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Post

Copyright © 2016 resnanadia. Created by OddThemes & Free Wordpress Themes 2018